Ongkos Gemas Luki Wanandi Pada Film Pocong

VIVAnews - Belum banyak diberitakan, ada nama seorang pengusaha muda di balik produksi film Pintu Terlarang. Dia lah Luki Wanandi, yang selama ini menjadi penyandang dana sinema itu.

Tarif Listrik April-Juni 2024 Diputuskan Tidak Naik

Sebagaimana tertera pada nama keluarganya, Luki adalah putra kedua pengusaha kondang Sofjan Wanandi. Dia juga adalah suami Sheila Timothy, produser Pintu Terlarang. Luki saat ini memimpin dua kelompok usaha keluarga Wanandi, yakni Santini dan Pakarti Yoga yang bisnisnya terentang mulai dari aki Yuasa, lem Aica Aibon, hingga Hotel Atrium.

Ditemui VIVAnews saat peluncuran DVD Pintu Terlarang di Jakarta, Jumat 13 November 2009, ayah empat anak ini terbahak-bahak saat ditanya mana yang dia pilih: berinvestasi di film yang menang festival tapi nombok, atau bikin film 'kacangan' tapi untung.

SKK Migas: Komersialisasi Migas Harus Prioritaskan Kebutuhan Dalam Negeri

"Kalau bisa sih bikin film bermutu dan untung, dong," katanya.

Selain karena mendukung istrinya, Lala (begitu Sheila biasa dipanggil) yang menjadi produser film ini, Luki mengaku langkahnya ini juga didorong oleh rasa gemasnya melihat perfilman Indonesia yang  didominasi film-film bertemakan seks dan horor. "Masa film-film kita cuma pocong atau kuntilanak doang," katanya.

Parkir Cuma Sebentar, Mobil Ini Ditagih Rp48 Juta di Tangerang

Karena itu ia mendukung penuh tekad istrinya untuk membuat film Indonesia yang bermutu dan bisa mengangkat nama Indonesia di dunia internasional.

Dan niat itu terbukti sudah. Film drama thriller yang dibintangi Fachry Albar dan Marsha Timothy ini berhasil merebut penghargaan film terbaik di Puchon Internasional Fantastic Festival Film di Korea Selatan pada Juli 2009 lalu.

Pintu Terlarang dibesut oleh sekelompok pekerja film terbaik di kelasnya masing-masing. Yang duduk di kursi sutradara, misalnya, adalah Joko Anwar, yang salah satu filmnya, KALA, berhasil masuk dalam daftar film terbaik dunia di tahun 2007 versi majalah Sight & Sound, Inggris. Adapun Sinematografinya digarap Ipung Rachmat Syaiful yang merupakan pemenang dua Piala Citra dan tata artistiknya dipercayakan kepada Wencislaus, art director muda yang juga pernah menyabet dua Piala Citra.

Selain itu, Pintu Terlarang juga disyut dengan menggunakan medium film 35mm dengan proses Digital Intermediate yang memungkinkan pewarnaan gambar yang lebih leluasa—sebuah metode yang masih jarang digunakan di Indonesia.

Pembuatan DVD-nya pun, kata Sheila, dibuat seistimewa mungkin. Berbeda dengan DVD film lain yang biasanya diproduksi cuma sekitar dua minggu, DVD Pintu Terlarang dipersiapkan selama 10 bulan. Hal itu karena DVD ini dilengkapi berbagai fitur seperti: adegan behind the scene, poster, kalender, deleted dan extended scenes, klip festival, dan soundtrack versi orisinil.

“Kami mengharapkan film maker Indonesia bisa membuat film yang berbeda dan sesuatu yang baru,” kata Sheila.

Menolak didikte pasar, Pintu Terlarang disebut-sebut merupakan salah satu film nasional dengan biaya produksi yang cukup tinggi--konon menelan biaya tak kurang dari Rp 6 miliar. Benar seharga itu?

Luki kembali hanya tergelak, "Pokoknya mahal ... hahaha."

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya