Discus, Si Langka Digdaya

VIVAnews - Musik yang bagus senantiasa berupaya melampaui batas-batas. Ia mengandaikan terbangunnya hubungan yang intens antara pemusik, instrumen yang dimainkan, lagu, dan pendengar, tanpa mengenal kelas yang mengkotak-kotakkan suatu kaum. Ia bisa selalu menggetarkan sekaligus menggentarkan pendengarnya tanpa ancang-ancang.

Dan Discus menawarkan itu kepada para pendengarnya itu di teater Black Box Salihara, pada 5 November 2008, dalam rangkaian acara Festival Salihara yang berlangsung pada 17 Oktober - 6 Desember 2008 di Jalan Salihara 16 Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Kelompok yang didirikan Iwan Hasan dan Anto Praboe pada tahun 1995 itu seakan menjepit telinga penonton dengan progresi kord yang rumit dan aransemen luar biasa kaya.

Pertunjukan dibuka dengan “Gambang Suling”, sebuah tafsir rock atas lagu tradisional yang disusun oleh Ki Narto Sabdo. Komposisi ini juga merupakan lagu pembuka di Gedung Teatro del Estado, Meksiko, pada sebuah festival di negara tersebut pada tahun 2000. Lagu yang dinyanyikan oleh vokalis Yuyun ini menyuguhkan variasi kompleks atas lagu tradisional Jawa itu.

“Contrasts” kemudian ditembakkan ke telinga penonton. Track ini disebut-sebut merupakan karya yang mendefinisikan mereka sebagai grup rock progresif. Lewat track tersebut, penonton dapat terguncang oleh dinamika ritme yang melamban-mengencang secara tak ajek; improvisasi gitar oleh Iwan Hasan maupun klarinet atau bahkan saxophone oleh Anto Praboe yang seakan bermain tangkap dan lari. Lagu yang diambil dari album pertama mereka “1st” (2000) ini memang menampilkan orkestrasi rupa-warna yang amat kaya.

Dalam sebuah wawancara dengan gepr.net, sebuah situs yang berfokus pada musik rock progresif, Hasan membilang bahwa filosofi dasar track ini, tempat “Gambang Suling” melekat, adalah selalu ada yang berlawanan di dunia—gelap/terang, maskulin/feminin—dan semua membawa keseimbangan. Ada dinamika yang saling bertolak belakang dalam track tersebut. “Hidup itu kompleks dan penuh perubahan,” jelas Hasan seperti dikutip dari situs tersebut.

Komposisi musik-kamar mereka yang berjudul Condissonance (dari “1st”) dan Music for Five Players (dari album kedua “... tot lich!” (2004)) lalu dilepas setelah mereka memainkan “Breathe.” Dalam kedua komposisi yang dimainkan medley ini, Iwan Hasan, Anto Praboe dan Eko Partitur (biola) menunjukkan virtuositas mereka.

Iwan Hasan, kali ini memeluk gitar 21 senar andalannya, bertindak sebagai 'konduktor', peran yang dulu pernah dilakoninya. Anto Praboe memainkan bass klarinet, alat yang bisa bikin darah mengalir dengan lambat dan waktu mengambang di udara. Keduanya, bersama sayatan biola Eko Partitur, yang disebut-sebut memiliki gaya permainan Jean-Luc Ponty dan kerap menjadi pengiring musik dalam pementasan Teater Koma, tak menyisakan ruang bagi penonton untuk bernafas teratur. Mereka telah melampaui teknik. Mereka memainkan sihir!

Beberapa lagu berikutnya berisi materi dari album ketiga, yang masih dalam proses pengerjaan. Lalu “Verso Kartini - Door Duisternis Tot Licht (habis gelap terbitlah terang). Lagu ini berisi music score yang sangat padat, selain narasi (lirik) yang sangat padat juga. Sepertinya Discus tidak yakin bahwa pesan dari lagu tersebut akan sampai kepada pendengarnya jika tak menjejalkan narasi.

Terlepas dari itu, kiranya salah satu alasan kedatangan penonton adalah merayakan keberagaman cara pengungkapan. Di tengah ramainya banyaknya kelompok musik yang sebenarnya seragam, Discus, grup yang meleburkan banyak genre seperti jazz, etnik, musik garda depan, mengajukan harapan baru.

Mereka bahkan menunjukkan bahwa upaya yang keras kepala untuk menyajikan cara pengungkapan yang berbeda akan membawa mereka ke panggung tertinggi. Tahun ini mereka diundang ke festival Zappanale, yang merupakan festival tahunan terbesar untuk menghormati komponis Frank Zappa.

Grup yang beranggotakan Iwan Hasan, Anto Praboe, Fadhil Indra, Eko Partitur, Kiki Caloh, Hayunaji, Krisna Prameswara dan Yuyun ini merupakan grup musik satu-satunya dari Asia yang pernah diundang di festival yang terkenal memiliki proses seleksi sangat ketat itu.

Menakar Peluang Timnas Indonesia Lolos ke Piala Dunia 2026, Ada Berapa Tahap Lagi?
Pihak Rusia keluarkan potret pelaku ISIS terorisme di Moskow

Marah Anggotanya Disiksa, ISIS Rilis Video Ancam Bunuh Presiden Putin: Berhenti Siksa Anggota Kami!

Kelompok teroris ISIS baru saja telah merilis sebuah video teror yang mengancam Rusia dan Presiden Vladimir Putin karena menyiksa para anggotanya saat berada di dalam tah

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024