Ibu-Anak Disandera Rumah Sakit

"Saya Mau Pulang, Tapi Uangnya dari Mana"

VIVAnews - Wajah Suharni, 30 tahun, terlihat tidak bersemangat meski berada di samping anaknya, Ayudya Meitana Bimantara, bayi laki-laki yang dilahirkannya empat bulan lalu.

Tak berselang lama, keduanya sudah terlelap di atas ranjang di kamar Bougenvile, lantai 3 Rumah Sakit Bersalin Sofa Marwa, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan, setelah berbincang dengan VIVAnews, Senin 7 September 2009 sore.

Dari atas ranjang terlihat tangan bayi lelaki itu tidur dengan terlentang, sesekali bibirnya yang mungil juga melempar senyuman dalam tidur. Apa yang dirasakan Ayudya, tentu berbeda dengan apa yang dirasakan ibunya. Sudah lebih dari empat bulan dia berada di kamar perawatan.

Curhat Masa Lalu, Natasha Rizky Sempat Ogah Syuting karena Diputusin Desta

"Saya mau pulang, tapi uangnya dari mana," ujar istri Aryo Bimo, yang tingggal di Kampung Vitara, RT 5 RW 13, Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat.

Suharni semula mendapat rujukan dari bidan di Kampung Vitara untuk segera menjalani operasi karena bayinya prematur. Maka sejak 5 Mei 2009 lalu, dirinya harus dirawat di rumah sakit tersebut.

Karena tidak memiliki uang, dia harus tetap berada di rumah sakit sampai biaya persalinan itu dilunasi.

Besaran hutang yang harus ditanggungnya mencapai Rp 20 juta. Biaya tersebut terdiri dari biaya operasi sebesar Rp 5,3 juta dan serta sisanya adalah biaya perawatan dan obat.

"Kalau semua bisa Rp 20 juta," ungkapnya.

Sang suami, Aryo Bimo, baru bisa membayar uang Rp 3 juta dari total biaya tersebut.

Bimo menceritakan, besarnya biaya perawatan bagi istrinya dikarenakan kondisi anaknya yang prematur saat dilahirkan sehingga perlu menjalani perawatan selama sebulan.

Kini Bimo, sedang berusaha mengajukan pinjaman ke tempatnya bekerja dan beberpa kerabatnya. Karena biaya perawatan anaknya bisa terus bertambah bila tetap berada di rumah sakit.

Masih di kamar yang sama, juga ada Santi, 27 tahun, dia juga mengalami nasib yang sama dengan Suharni.
Bedanya, Santi baru dua minggu tertahan di kamar berukuran 3 x 3 meter, di rumah sakit tersebut.

Putranya, Syahrul Gunawan, 2 minggu, masih terbalut sarung kotak - kotak milik bapaknya. Bocah itu tertidur pulas di atas ranjangnya.

Sementara di bawah ranjang Syahrul, tergeletak Sri Wahyuni, kakak Syahrul, yang tertidur tanpa menggunkan baju.

Santi masuk RSB Sofa Marwa pada 18 Agustus 2009, atas rujukan seorang bidan di kawasan Depok Lama, Jawa Barat. "Bidan itu bilang, saya harus cesar," ungkap dia.

Pada 21 Agustus 2009, sebenarnya Santi dan Syahrul sudah bisa pulang seandainya tidak ada kendala biaya, suaminya Yudhi Wijaya, hanya pemulung.

"Pekerjaan suami saya hanya pemulung. Uang sebesar itu dari mana," ungkap Santi.

Untuk bisa keluar dari Rumah Sakit tersebut, Santi harus membayar biaya operasi sebesar Rp. 5,3 juta ditambah biaya rawat inap dan biaya dokter Rp 700 ribu.

Belum lagi biaya tunai Rp 100 ribu per hari selama dua minggu. "Belum saya bayar sama sekali. Kami tak ada uang sebesar itu," ucapnya lirih.

Tidak satupun dokter maupun pihak rumah sakit yang mau berkomentar mengenai kejadian ini. Saat didatangi ke ruangannya, humas rumah sakit tersebut tidak ada di ruangannya.

[dok. PT Pelni (Persero)]

Pelni Angkut Gelombang Kedua Arus Balik Lebaran Gratis Sepeda Motor, Bisa Daftar di Tempat

PT Pelni bakal memberangkatkan angkutan gratis sepeda motor dari Semarang menuju Jakarta pada arus balik Lebaran 2024.

img_title
VIVA.co.id
13 April 2024