Bom Marriott dan Ritz Carlton

Bagaimana Strategi SBY Melawan Terorisme

VIVAnews - Aksi teror bom yang kembali mengguncang Jakarta 17 Juli 2009 lalu membuat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono geram. Aparat diminta tidak ragu-ragu bertindak. Bagaimana strategi Yudhoyono memerangi terorisme.

Saat memberikan pengarahan di hadapan anggota Kopassus di Cijantung, Jakarta Timur, Kamis 20 Agustus 2009, Yudhoyono mengatakan, adalah tugas semua aparat negara, entah itu polisi atau TNI untuk memerangi terorisme.

Menurutnya, penanganan terorisme adalah bagian dari penegakan hukum. Hampir di semua negara, kepolisian berada di depan karena konteksnya adalah penegakan hukum. Makanya dalam tahun-tahun terakhir ini, kepolisian selalu berada di depan. Namun dia meminta tindakan penegakan hukum tetap harus menggunakan hati dan pikiran yang jernih.

"Aksi-aksi teroris sejak bom Bali, kita sungguh prihatin, marah, emosional. Tetapi semarah apapun kita berketetapan, menanggulangi terorisme harus menjunjung supremasi hukum dan tidak meninggalkan nilai demokrasi," katanya.

Di negara lain, dalam memerangi terorisme, ada kaidah demokjrasi dan penegakan hukum yang ditinggalkan. "Tapi di Indonesia tidak, tetap pada hukum dan nilai demorasi. Ada yang komentar yang dilakukan kepolisian itu melanggar HAM, padahal kita hormati supremasi hukum dan nilai demokrasi," kata dia.

Pemerintah juga konsisten menanggulangi terorisme dengan cara-cara seperti itu.  Sebab aksi teroris itu merusak segalanya, bukan hanya jiwa dan merusak, tetapi juga berdampak sangat negatif kepada kehidupan sospol dan citra Indonesia di dunia internasional.

"Karena, teroris itu bisa dikatakan kejahatan tanpa pandang bulu. Bagi kita bangsa Indonesia, untuk menangkap, mencegah dan menangkal aksi-aksi terorisme yang sekarang ini kita sudah berhasil mencegah, tindak secara hukum. Tindakan tak boleh ragu-ragu,'' katanya.

Soal padangan bahwa terorisme itu ada akar masalahnya seperti kemiskinan, keterbelakangan, dan kebodohan, pemerintah, kata dia akan berupaya mengurangi keterbelakangan kebodohan dan kemiskinan agar menjadi lebih baik.

Namun, kata dia, tidak sedikit pula yang mengatakan akar terorisme adalah radikalisme. Karena itu menjadi tugas masyarakat semua untuk mencegah radikalisme dan ekstremisme.

"Ada juga yang mengatakan, salah menafsirkan ajaran agama. Diberikan bom, hancur tubuhnya, dan gedungnya. Masuk surga. Dianya jalan-jalan, kok tak masuk surga duluan. Konsep yang salah soal agama. Perlu bimbingan ortu dan pimpinan agama untuk mengatasi salah penafsiran ajaran agama," tutur Yudhoyono.

Karena itu, Yudhoyono memastikan tidak akan membiarkan aksi para teroris. Sebab kalau dibiarkan yang menjadi korban tidak hanya masyarakat, negara, tapi juga harga diri bangsa.

"Untuk menghadapi terorisme ada dua strategi. Pertama, berusaha mencegah dan kedua, akar penyebabnya diatasi terus, tapi kegiatan intelijen, komando terirorial terus dilakukan," kata dia.

Kubu Anies dan Ganjar Ingin Hadirkan Menteri jadi Saksi di MK, Airlangga Hartarto Beri Jawaban
Nagita Slavina

Respons Nagita Slavina Saat Tyas Mirasih Ingin Jual Tas demi Biaya Pengobatan

Tyas Mirasih saat itu ingin menjual tas miliknya kepada Nagita dan Raffi untuk membantu biaya pengobatan sang ibunda.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024