Rupiah Stop di Level 10.800/US$

VIVAnews - Pergerakan rupiah sempat membuat tegang pelaku pasar menjelang tengah hari tadi dengan menembus kembali level 11.000/US$. Namun pada penutupan rupiah unjuk gigi dan menguat di posisi 10.800/US$.

Instruksi Irjen Karyoto ke Jajarannya Pastikan Rangkaian Perayaan Paskah Kondusif

"Tadi ditutup di 10.800/US$," kata analis riset valuta asing BNI Nurul Eti Nurbaiti kepada VIVAnews.

Pada perdagangan kemarin, rupiah ditutup di level 10.900/US$. Namun saat perdagangan Rabu 29 Oktober 2008 dibuka, rupiah menguat signifikan ke level 10.400-an dan sempat bergolak menuju posisi Rp 11.000/US$ pada pukul 10.30 WIB.

Pilkada Serentak 2024 Diusulkan Ditunda, Ini Sejumlah Pertimbangannya

Penguatan kembali rupiah, kata Nurul, dilandasi ekspektasi bank sentral Amerika, The Fed, akan memangkas suku bunganya sebesar 50 basis poin hingga menjadi 1 persen, sehingga memberikan tekanan kepada US$ dan memberikan sentimen positif terhadap rupiah dan mata uang lainnya.

Penguatan ini juga dipicu kondisi di pasar saham yang kembali masuk jalur hijau meski kenaikannya tidak terlalu besar.

Momen Bersejarah, Al Quran Berbahasa Gayo Hadir Memperkuat Identitas dan Budaya Aceh

Jika pada sesi siang rupiah sempat menyentuh 11.000/US$, itu karena pasar masih menunggu implementasi 10 kebijakan ekonomi yang diumumkan pemerintah. "Meski sudah diumumkan, tapi kan petunjuk teknisnya belum ada," kata Nurul.

Saat rupiah menyentuh 11.000/US$ ini, BI mengguyur US$ ke pasar untuk menopang rupiah agar tidak terpuruk terlalu dalam sehingga mata uang domestik ini kembali terangkat mendekati level pembukaan di Rp 10.400-an/US$.

Ekonom Standard Chartered Bank Fauzi Ichsan mengatakan, dalam situasi ekonomi global yang tidak normal seperti saat ini, rupiah sulit kembali ke level di bawah 10.000/US$. Ia optimistis rupiah kembali mencapai level di kisaran 9.000-an/US$ pada 2009 nanti. "Saat ini, kondisinya sulit diprediksi," kata dia.

Ambruknya nilai tukar, imbuh dia, dipicu permasalahan yang terjadi pada sistem perbankan internasional yang mengalami kelumpuhan. Penurunan suku bunga yang dilakukan sejumlah bank sentral di dunia dinilainya tidak akan mampu mengatasi masalah di dunia perbankan.

Indonesia menurutnya masih beruntung karena memiliki fundamental ekonomi yang relatif kuat. Namun yang menjadi persoalan, seberapa kuat fundamental itu menahan gejolak ekonomi global. "Saya pikir 6-12 bulan ini kita masih rentan karena dunia tengah menghadapi titip keseimbangan baru, kita tidak tahu seperti apa," ujarnya.

Untuk menyelamatkan ekonomi nasional, pemerintah tadi malam mengumumkan 10 kebijakan ekonomi yang menyangkut sektor finansial dan sektor riil.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya