Tanpa Bom, Triwulan III Saat Tepat Investasi

VIVAnews - Sebanyak 41,9 persen responden yang disurvei Bank Indonesia berpendapat triwulan III 2009 ini (Juli-September) merupakan saat tepat melakukan investasi.

Survei Persepsi Pasar ini dilakukan pada triwulan II 2009, atau sebelum terjadinya ledakan bom bunuh diri yang dilakukan teroris di Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton pada Jumat 17 Juli 2009 lalu. Bom itu menewaskan 9 orang dan melukai 55 orang lainnya.

Responden dalam survei BI ini tersebut terdiri dari para ekonom, pengamat/peneliti ekonomi, analis pasar uang/modal serta akademisi. Responden dipilih berdasarkan metode purposive sampling. Saat ini responden survei berjumlah sekitar 100 orang yang tersebar di kota Jakarta, Bandung, Semarang, Bandar Lampung, Surabaya, Yogyakarta, Medan, Padang, Palembang, Denpasar, Banjarmasin, Makasar, Manado dan Kendari.

Pengumpulan data dilakukan melalui  faksimili maupun e-mail. Response rate setiap periode survei berkisar antara 65-80 persen dan hasil survei disajikan dengan metode pooling (persentase responden yang menjawab paling banyak).

Dalam Survei Persepsi Pasar yang dipublikasikan 17 Juli 2009 yang dikutip VIVAnews dari situs Bank Indonesia, Selasa 21 Juli 2009 para responden memperkirakan bahwa kondisi ekonomi makro pada triwulan III 2009 akan membaik dibandingkan perkiraan pada hasil survei triwulan sebelumnya.

Perekonomian secara tahunan  pada triwulan III 2009 akan tumbuh berkisar antara 4,1-4,5 persen, laju inflasi dibawah 6,5 persen (rata-rata 5,4 persen), ekspor dan impor barang diperkirakan akan sedikit mengalami surplus sehingga neraca perdagangan diperkirakan surplus 0,1-1,5 persen dari PDB.

Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga diperkirakan menguat dan berada dalam kisaran Rp 10.001-10.500. Sebanyak 34,2 persen responden memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2009 akan berada pada kisaran 4,1-4,5 persen atau relatif sama dengan perkiraan hasil survei periode sebelumnya.

Membaiknya perkiraan kondisi ekonomi kedepan juga membangun optimisme responden terhadap iklim investasi di tanah air. "Sebanyak 41,9 persen responden berpendapat bahwa triwulan III 2009 merupakan saat yang tepat untuk melakukan investasi atau lebih tinggi dari perkiraan pada periode sebelumnya (13,8 persen)," demikian hasil survei.

Perkembangan investasi baik itu Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) pada triwulan III 2009 diperkirakan akan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Dari sisi neraca perdagangan, pertumbuhan ekspor dan impor barang pada triwulan III-2009 diperkirakan akan mengalami sedikit peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Sementara, ekspor dan impor barang hanya tumbuh pada kisaran 0,1-5,0 persen yang diperkirakan oleh masing-masing 24,7 persen responden dan 26,0 persen responden. Dengan pertumbuhan ekspor dan impor tersebut, sebanyak 46,6 persen responden memperkirakan bahwa transaksi berjalan akan mengalami surplus sebesar 0,1 sampai 1,5 persen dari PDB pada triwulan III 2009.

Terkendalinya laju inflasi hingga pertengahan tahun 2009 terus mendorong optimisme responden dalam memperkirakan tingkat inflasi. Pada triwulan III 2009, inflasi secara tahunan diperkirakan akan di bawah 6,5 persen (rata-rata 5,4 persen). Tekanan imported
inflation juga akan menurun sebagaimana perkiraan responden terhadap menguatnya nilai tukar rupiah dibandingkan dengan hasil survei sebelumnya yakni dari Rp 11.501-12.000/US$ menjadi Rp 10.001-10.500/US$.

Sementara responden memperkirakan beberapa indikator makro Indonesia pada tahun 2010 akan membaik dan relatif sama dengan asumsi RAPBN 2010, di mana perekonomian diproyeksikan akan tumbuh berkisar 5,0-6,0 persen dan nilai tukar terhadap US$ berada dalam kisaran Rp 9.501-10.500. Namun, laju inflasi tahun 2010 diperkirakan lebih tinggi dari Asumsi RAPBN 2010, yakni berkisar 6,1-6,5 persen.

Adapun kondisi perekonomian dunia dan nasional diperkirakan akan mulai pulih dari kondisi krisis ekonomi global pada triwulan II 2010. Berdasarkan sektor ekonomi, sektor industri pengolahan merupakan sektor yang paling terkena dampak dari krisis global tersebut sebaliknya sektor pertanian merupakan sektor yang menjadi penopang perekonomian di masa krisis global.

PKS Usung Imam Budi Hartono Jadi Bakal Calon Wali Kota Depok, Ahmad Syaikhu: Kinerjanya Bagus
ODGJ Ngamuk di Cengkareng, Mau Tikam Kakaknya

ODGJ Ngamuk di Cengkareng Mau Tikam Kakanya Sendiri, Ternyata Kabur dari Dinsos

Seorang pria berinisial A yang merupakan orang dalam gangguan jiwa (ODGJ) di kawasan Cengkareng, Jakarta Barat, mengamuk hingga nyaris menikam keluarganya sendiri. Untung

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024