Jelang Pemilu, Iran Bungkam Facebook

VIVAnews - Tidak semua orang Iran mendukung pemblokiran akses laman jejaring sosial Facebook, yang diterapkan sejak akhir pekan lalu. Kalangan oposisi beraliran reformis justru mengecam keputusan pemerintah pimpinan Presiden Mahmoud Ahmadinejad itu karena sangat bermuatan politis.

Sejarah Tercipta Thomas Cup dan Uber Cup, Sempat Tertunda Gegara Perang Dunia II

Pasalnya, larangan itu muncul tiga pekan jelang pemilihan umum (Pemilu) di negara Teluk Parsi yang kaya akan minyak itu. 

Gara-gara dilarang mengakses Facebook, rakyat Iran kini hanya mengandalkan media-media internet resmi atau yang mendapat izin pemerintah. Menurut kalangan pengamat, keputusan melarang Facebook dan jejaring sosial sejenis justru menjadi bumerang bagi pemerintah, yang tengah berupaya menggalang dukungan rakyat jelang pemilu 12 Juni mendatang.

Keputusan itu bisa jadi membuat kalangan muda menjadi antipati dengan pemerintahan Ahmadinejad, yang tengah berambisi memperpanjang masa jabatannya untuk kali kedua. Pasalnya, lebih dari setengah populasi di Iran lahir setelah tahun 1979, atau saat negeri itu berubah wajah dari kerajaan menjadi negara Islam yang dipimpin ulama.

Kaum muda pula yang berjasa mengangkat popularitas tokoh reformis, Presiden Mohammad Khatami untuk memimpin Iran selama dua periode berturut-turut dari periode 1997 dan 2001. Namun, empat tahun lalu mereka tak mampu membantu pengganti Khatami yang sekaligus pesaing Ahmadinejad, yaitu Akbar Hashemi Rafsanjani.          

Pada pemilu kali ini, para pemilih muda menggantungkan harapan kepada kandidat beraliran reformis, Mir Hossein Mousavi. Melihat besarnya potensi dukungan kaum muda kepada tokoh reformis, pemerintah terpaksa menerapkan langkah keras, melarang akses jejaring sosial seperti Facebook, yang kini menjadi medium komunikasi yang ampuh diantara para anak muda.

"Setiap produk media yang dilihat bisa menyaingi alat kampanye Ahmadinejad kini berisiko ditutup," kata Shahab Tabatabei, penasihat utama bagi Mousavi. "Prioritas utama pemerintah adalah menerapkan batas-batas untuk berkompetisi," lanjut Tabatabaei.

Dia menilai bahwa pemblokiran atas Facebook merupakan reaksi pemerintah atas kampanye besar para pendukung Mousavi Sabtu pekan lalu, 23 Mei 2009, di stadiun di Teheran. Kampanye akbar itu juga menampilkan Khatami.

Pihak berwenang Iran selama ini juga sering memblokir sejumlah laman dan blog yang dipandang sangat kritis kepada pemerintah.   

"Facebook merupakan salah satu dari sumber-sumber independen yang diandalkan kaum muda Iran untuk berkomunikasi," kata Mohammed Ali Abtahi, mantan wakil presiden Iran yang kini merupakan penasihat seorang kandidat presiden yang juga beraliran independen, Mahdi Karroubi.

Saat pemilu presiden 2005, informasi seputar kampanye lebih banyak berasal dari pesan-pesan dari telepon seluler (SMS). Namun, dalam beberapa tahun terakhir, blog-blog politik dari internet di Iran kian menjamur. Jejaring sosial lain di luar Facebook, yaitu Twitter, juga populer di Iran.

Para pejabat Iran masih enggan memberi komentar seputar pemblokiran Facebook. Sebaliknya, pengelola Facebook langsung mengkritik pelarangan itu.

"Kami kecewa mendengar laporan bahwa para pengguna di Iran mungkin tidak bisa mengakses Facebook, khususnya saat para pemilih kini mengandalkan internet sebagai sumber informasi seputar para kandidat dan posisi mereka," kata Elizabeth Linder, juru bicara Facebook, dalam email yang dikirim ke Associated Press.

"Selalu hal yang memalukan saat suatu masalah budaya dan politik mengarah kepada pembatasan untuk berbagai informasi mengungkapkan ekspresi yang diberikan lewat internet," lanjut Linder.

Namun dia mengungkapkan bahwa Facebook tidak dapat memberi informasi mengenai jumlah para penggunanya di suatu negara. Selain itu Linder tidak mengungkapkan berapa banyak anggota Facebook di Iran. (AP)

Pepaya

Heboh Aksi Pedagang Buang Puluhan Ton Buah Pepaya, Ternyata Ini Penyebabnya

Buah pepaya yang dibuang oleh pedagang ini diduga dalam kondisi masih layak untuk dikonsumsi dan ada juga yang sudah busuk, sehingga menumpuk diakses jalan depan los buah

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024