Nobel Perdamaian Bagi Sang Guru

VIVAnews -Dengan reputasi sebagai juru damai di berbagai tempat, sudah sepantasnyalah bila Martti Ahtisaari dinobatkan sebagai peraih Nobel Perdamaian 2008 oleh Komite Nobel Norwegia, Jumat 10 Oktober 2008

Sopir Bus yang Ajak Makan 30 Penumpang di Rumah Mertuanya saat Lebaran dapat Rp100 Juta

Saat menjadi diplomat, Ahtisaari berkarya di banyak negara. Mungkin itulah yang menjadi modal kuat bagi mantan Presiden Finlandia tersebut dalam menjalankan tugasnya sebagai juru damai.

Martti Oiva Kalevi Ahtisaari lahir 23 Juni 1937 di Viipuri, (sekarang Vyborg), Rusia, ketika ayahnya Oiva , bertugas sebagai  pejabat non komisi di kesatuan dinas angkatan.  Tahun 1952 Oiva Ahtisaari pindah ke Oulu, Finlandia.

Ada Apa di Kota Isfahan Iran yang Baru Saja Diserang Israel?

Di Oulu, Martti Ahtisaari bergabung dengan Asosiasi Anak Muda Kristen (YMCA)  lokal. Setelah menyelesaikan dinas militer, Ahtisaari belajar dengan metode kuliah jarak jauh dengan dosen di perguruan tinggi di Oulu.

Disana dia bisa tinggal di rumah dan mengikuti dua tahun kuliah yang membuatnya memenuhi syarat sebagai guru sekolah dasar tahun 1959. Selain bahasa ibu, Ahtisaari fasih bahasa Swedia, Perancis, Inggris, dan Jerman.

Ngeri Peringatan Terbaru Iran kepada Israel, Mulai Sebut Nuklir

Tahun 1960, dia pindah ke Karachi Pakistan, untuk memimpin pendirian pelatihan pendidikan fisik YMCA. Dia kembali ke Finlandia tahun 1963, dan meneruskan ke Politeknik Helsinki, tapi juga aktif di organisasi yang bertanggung jawab memberi bantuan untuk negara-negara berkembang.

Ahtisaari lulus dari Universitas Oulu Finlandia tahun 1959 dan menerima gelar doctor kehormatan dari universitas Oulu tahun 1989.Gelar yang sama juga diterima dari Bentley College, Waltham, Massachusetts tahun 1990, dari Kasetsart University, Bangkok tahun 1995; Universitas Turku tahun 1995;  dari Helsinki School of Economics and Business Administration tahun 1996;  dari Universitas Palermo (Argentina) 1997; Universitas Helsinki tahun 1997; dan sederet gelar serupa dari berbagai universitas di beberapa negara.

Tahun 1965, dia bergabung dengan Kantor Menteri Luar Negeri Finlandia di Biro Bantuan Pengembangan Internasional, dan menjadi asisten kepala departemen. Tahun 1968 dia menikahi Eeva Irmeli Hyvarinen. Pasangan ini dikaruniai seorang putra Marko Ahtisaari yang menjadi seorang musisi dan produser.

Ahtisaari menghabiskan 20 tahun dari hidupnya di luar negeri. Pertama sebagai duta besar di Tanzania, dan kemudian di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York. Pernah menjabat sebagai Asisten Sekretaris Jenderal PBB untuk administrasi dan manajemen dari tahun 1987 -1991 memimpin operasi PBB yang menghasilkan kemerdekaan di Namibia tahun 1990.

Ahtisaari  terpilih menjadi Presiden Finlandia bulan Februari 1994. Dia memerintah dari 1 Maret 1994 hingga 29 Februari 2000. Usai menjadi Presiden, Ahtisaari mendirikan Crisis Management Initiative (CMI) , dan menjadi ketuanya.

Tahun 2005 Ahtisaari memfasilitasi proses perdamaian antara pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka. Proses ini menuju pada penandatanganan perjanjian damai, yang mengakhiri peperangan selama tiga puluh tahun di Aceh. Perjanjian damai ditandatangani di Helsinki, diikuti tujuh bulan negosiasi antara kedua pihak, yang diprakarsai dan dimedia oleh Ahtisaari.

Tahun  2007 Ahtisaari menjadi anggota dari Kelompok Konsultatif Independen untuk mencari consensus di Irlandia Utara untuk bagaimana berdamai dengan peninggalan masa lalu.

Antara 14 November 2005 dan 29 Februari 2008, Mr. Ahtisaari menjadi Utusan Khusus Sekjen PBB untuk proses status masa depan Kosovo.

Tahun 2007, kantor Ahtisaari – Crisis Management Initiative – memulai pertemuan rahasia di Finlandia antara Sunni Irak dan Syi’ah, untuk menyetujui peta jalan perdamaian.

Pembicaraan ini berdasarkan format upaya perdamaian di Afrika Selatan, dan Irlandia Utara, termasuk 16 delegasi dari kelompok-kelompok yang berseteru. Mereka setuju untuk berkonsultasi lebih lanjut, dalam daftar rekomendasi untuk memulai pembicaraan rekonsiliasi, termasuk memcahkan perselisihan politik tanpa kekerasan dan demokrasi.

Ahtisaari juga ketua untuk kelompok kerja Bosnia Herzegovina di konferensi perdamaian internasional mengenai bekas Yugoslavia, tahun 1992-1993, dan menjadi penasihat khusus Sekjen PBB untuk bekas Yugoslavia 1993.

Mengenai Hadiah Nobel  yang diraihnya, Ahtisaari mengharapkan penghargaan ini bisa membuat upayanya menggalang dana untuk membiayai prakarsa-prakarsa yang digagasnya menjadi lebih mudah.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya