Penghuni Brandgang Batal Digusur

SURABAYA POST -- Pembongkaran rumah yang menempati brandgang di Jl. Tumapel, Surabaya, Rabu (2/11) ditunda oleh Kepala Satpol PP karena alasan kemanusiaan.

Padahal 300 petugas Satpol PP dan polisi sudah siap di tempat sejak pagi. Kasatpol PP Pemkot, Drs Arief Budiarto, saat itu tampak bersemangat memberikan pengarahan kepada petugas keamanan di sana.

Saat menjelang siang Arif mempertimbangkan rumah yang akan dibongkar belum siap tempat baru. Selain itu ada prosedur yang belum dilalui yaitu memberi surat peringatan kepada penghuninya seperti keluarga Rakeman penghuni di Jl. Tumapel No.8A.

Usulan Kejaksaan Izinkan Lima Smelter Perusahaan Timah Tetap Beroperasi Disorot

“Kasihan kalau mereka ternyata tidak punya tempat lain. Ya saya beranikan diri untuk mengambil kebijakan ini. Saya akan mencarikan rusun dulu, baru setelah itu mereka saya suruh pindah,” kata Arief.

Ketegangan sempat terjadi di keluarga besar Rakeman dengan petugas. Caci maki dan hujan tangis mewarnai keluarga itu.

Anak-anak dan cucu Rakeman menangis histeris. Mereka, sambil mengusung parabot rumah tangga seperti televisi, bak mandi, pakaian, meja, kursi, almari dan lainnya mengungkapkan kejengkelannya.

Dengan bermandi peluh dan air mata mereka ngedumel dan mencaci maki petugas Satpol PP. “Wong cilik diidek-idek, sing duwe duit dijarno ae, opo yo bener sing ngono kuwi. Aku mangkel, mosok wis ngenggoni (Orang kecil diinjak-injak, yang punya duit dibiarkan saja. apa benar yang begini ini? Saya marah, masak sudah menempati) brandgang puluhan tahun dan pernah diizini kok dianggap omah anyar ae (rumah baru saja),” teriak Ny Suliah, janda Rakeman, sambil menangis tersedu-sedu.

Ny Suliah tak bisa terima rumahnya dibongkar. “Aku gak trimo lek nggonku tok sing digusur, tak titeni (Saya tidak terima kalau temapt saya saja yang digusur, akan saya awasi nanti),” ujarnya.

Sementara Agus, adik kandung Ny Suliah juga tidak bisa menahan air matanya. Pria yang sudah berjuang mempertahankan rumah huniannya ke pemkot dan DPRD Surabaya ikut jengkel dengan petugas Satpol PP.
Ketika Kapolsek Tegalsari AKP Totok masuk ke rumahnya menawarkan bantuan anggotanya untuk ikut angkut-angkut barang di dalam rumahnya, Agus menolaknya.

“Wis Pak tak usungane dhewe. Pokok aku wehono wektu kanggo ngusung barangku dhewe. Mari ngono bongkar-bongkaren gak opo-opo (Sudah Pak, saya angkut sendiri. Pokoknya saya diberi waktu untuk mengangkuti sendiri barang saya. Setelah itu, silakan bongkar tidak apa-apa,” ungkap Agus. 

Sambil mengangkat televisinya berkukuran 14 inci Agus berharap janji Satpol PP menyediakan rumah susun ditepati. Bahkan, ketika Totok meminta dia agar bersabar dan mengharap agar Agus dan 8 saudaranya siap pindah ke rusun, dia malah mengatakan,

“Paling-paling Satpol PP ngedabrus tok. Lek wis metu tekok kene rusune gak ono (Paling Satpol PP membual saja. Setelah pergi dari sini rusunnya tidak pernah ada),” kata Agus. Selang beberapa menit kemudian Kasatpol PP Pemkot, Arief Budiarto datang ke rumah Agus.

Pada saat itu keluarga besar Agus tetap mencaci maki Satpol PP. Arief yang mau berbicara dengan baik-baik sempat diomeli. “Satpol PP gak adil, kulo niki wong cilik, mesti kalah tok, tapi sing duwe duit kok dijarno ae (Satpol PP tidak adil. Saya ini orang kecil, pasti kalah melulu, tapi yang punya duit dibiarkan saja),” tutur Agus.

Ternyata, Arif yang tadi dicaci, justru memberi sedikit “kabar gembira”. Karena belum ada surat peringatan bagi keluarga Agus, penertiban di Jl. Tumapel 8A ditunda seminggu.

“Sampeyan kami beri waktu satu minggu untuk angkut-angkut barang. Kalau perlu sampeyan saya sediakan truk untuk mengangkut barang,” kata Arief.

Selain itu, Arif juga berjanji mengusahakan rusun dulu sebelum Agus pindah. “Saya carikan kunci rusunnya dulu, baru setalah itu sampeyan pindah ke rusun. Paling lambat seminggu ini,” ujar Arief.

Agus pun berterima kasih. “Yang penting jangan sampai kami keluar dari sini tidak punya tempat tinggal,” ungkap Agus.

Arif sendiri lega karena penghuni brandgang sudah menyadari dan membongkar bangunan di atasnya, termasuk Lembaga Pendidikan Santa Maria, pengguna brandgang di Jl. Tumapel 19 dan 21. Mereka membongkar sendiri tanpa menunggu tindakan dari Satpol PP.

“Saya terima kasih kepada pengguna brandgang yang sudah membongkar bangunannya sendiri. Saya berharap yang lain juga melakukan hal serupa. Kalau sudah sadar begitu kan sama-sama enak. Saya enak, mereka juga enak,” kata Arif.

Seminggu ke depan, lanjutnya, penertiban akan dilakukan di Jl. Tumapel No.8A dan di Jl. Dinoyo Buntu. Di Jl. Dinoyo Buntu bangunan di atas brandgang mencapai ratusan.

Bambang Udi Ukoro, Camat Tegalsari mengatakan, dia tidak tahu menahu kebijakan Kasatpol PP menunda penertiban penghuni brandgang. Sebab, sampai sekarang belum ada perintah penundaan dari walikota.

“Saya nggak tahu kenapa harus ditunda. Yang jelas perintah walikota belum dicabut atau diadakan penundaan,” kata Bambang.

Soal Santa Maria yang menutup saluran air brandgang dan digunakan untuk kantin, Bambang akan berkoordinasi dengan Dinas PU.

Sementara Ketua Komisi C DPRD Surabaya, Sachiroel Alim Anwar tetap bersikukuh agar pemkot menghentikan rencana penertiban tersebut. "Selama ini yang ditertibkan adalah bangunan yang dihuni warga miskin, sementara yang dihuni warga kaya tidak ditertibkan," tukasnya.

Laporan Purnomo Siswanto

Mahfud MD Blak-blakan Soal Langkah Politik Berikutnya Usai Pilpres 2024
Jemaah haji Indonesia mendengarkan khutbah Subuh jelang wukuf.

Cegah Informasi Simpang Siur, Jemaah Haji Diimbau Tak Bagikan Kabar Tidak Benar di Media Sosial

Menurut Direktur Bina Haji PHU Arsad Hidayat, jemaah haji diminta tidak asal membagikan informasi yang beredar di media sosial yang belum jelas kebenarannya.

img_title
VIVA.co.id
27 April 2024