Rupiah Pijak 12.000/US$ Lagi

VIVAnews - Mata uang rupiah kembali menginjak level 12.000/US$. Padahal pada penutupan sehari sebelumnya, rupiah sudah mantap di posisi 11.860/US$.

Data Bloomberg, pukul 08.45 WIB, Rabu 19 November 2008 memperlihatkan nyaris semua mata uang regional mengalami penurunan dengan kisaran beragam. Sementara di pasar uang antarbank Jakarta, data Reuters menunjukkan dolar bertengger di level Rp 11.800-11.950/US$.

Research valuta asing PT Integral Investama Future Tony Maryano, saat ini banyak pelaku pasar atau pemilik aset besar yang masih khawatir dengan kondisi ekonomi global sehingga memilih menyelamatkan posisi aset mereka dengan berburu dolar. Dolar dianggap mata uang paling aman saat ini.

"Jadi agak susah, efek psikologis masih ada yang akhirnya membuat rupiah tidak bisa lepas dari tekanan. Bagusnya tidak hanya rupiah tapi mata uang lainnya, sebab dolar saat ini paling aman dikonsumsi," beber Tony.

Sampai berapa lama mata uang tertekan? Tony mengaku tidak tahu. Namun dilihat dari kacamata sederhana investor global dan domestik ada kekhawatiran krisis mengarah ke resesi. Sehingga untuk menyelamatkan aset mereka berburu solar. "Kita tidak bisa mengelak kalau dolar sudah menjadi komoditi," katanya.

Mengenai kebijakan Bank Indonesia yang mewajibkan pembeli valuta asing dengan nilai di atas US$ 100 ribu selama sebulan harus menyertakan NPWP dan underlying transaction dinilai Tony memang ada efeknya, tapi tidak banyak. "Kalau tidak ada pembatasan itu, mungkin angkanya sudah Rp 13.000/US$," kata Tony.

Ajak Bernostalgia, Dewa 19 hingga Reza Artamevia Guncang Panggung Soul Intimate Concert 2.0
RUPS PT Federal International Finance

Gelar RUPST, PT Federal International Finance Angkat Siswadi Jadi Presdir Baru

PT Federal International Finance (FIF) mengangkat Presiden Direktur baru dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Tahun Buku 2023 pada Jumat, 19 April 2024.

img_title
VIVA.co.id
20 April 2024