SURABAYA POST -- Harapan petani garam di Sumenep meraup untung pada musim panen kali ini sirna. Hujan yang mengguyur selama 5 hari telah menggenangi semua tambak garam yang siap panen.
Akibatnya kristal garam yang sudah siap panen berwarna putih kembali mencair karena tergenang air. Para petani pun menderita kerugian puluhan juta.
Sudahri, 45, warga Desa Pinggir Papas, Kec. Kalianget mengaku hampir semua hasil jerih payahnya selama beberapa bulan telah sirna akibat terguyur hujan.
"Hampir semua petani tidak sempat menyelamatkan garamnya. Karena hujan datang tiba-tiba," katanya, Senin 23 November 2009 pagi.
Para petani sebelumnya memprediksi hujan turun awal Desember. Karena melihat kondisi panas terik di musim kemarau lalu. Yang disayang pula, tak hanya kristal garam di tambak yang tak dapat diselamatkan.
Sebagian garam yang sudah dipanen, bahkan siap jual kembali mencair karena diguyur air hujan. "Semua petani mengalami kerugian musim panen kali ini," katanya.
Kerugian yang dialami petani bervariatif. Sudahri mengaku merugi Rp 15 juta, menyusul 10 ha tambah garamnya yang gagal panen.
Petani garam lainnya, Fajar (35) warga Desa Nambakor, Kec. Saronggi, mengaku, garam yang diguyur hujan satu petak atau sekitar 150 sak garam. Bila diuangkan sekitar Rp 1 juta. Dengan perhitungan, garam per satu ton bisa laku Rp 200 ribu.
Laporan: Ahmad Zahrir Ridlo